• BERANDA
  • PROFIL PPTQ UA
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • FDR UA PEDULI
  • Login
Upgrade
PPTQUA
  • BERANDA
  • PROFIL PPTQUA
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • FDR UA PEDULI
  • ARTIKEL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • PROFIL PPTQUA
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • FDR UA PEDULI
  • ARTIKEL
No Result
View All Result
PPTQUA
No Result
View All Result
Home TOKOH

Tukang Sepatu yang Doanya Mustajab

Abu Kayyisa by Abu Kayyisa
September 24, 2024
in TOKOH
0
0
SHARES
6
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kita yakin di antara hamba-hamba Allah ada atqiya’ yang akhfiya’, Bertakwa tapi tak dikenal. Pakaian mereka sangat sederhana, jiwa mereka rendah hati, rambut mereka kusut, dan wajah mereka berdebu. Jika mereka izin untuk masuk menemui pemimpin, niscaya mereka ditolak. Akan tetapi, seandainya salah seorang dari mereka bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah akan memenuhi sumpahnya. Jika dia berdoa, doanya akan langsung dikabulkan.

Ini adalah kisah tukang sepatu, yang terjadi pada masa tabi’in, Muhammad bin Munkadir. Kehadirannya di tengah masyarakat mungkin tidak dikenal, tetapi penghuni langit begitu menikmati doa-doanya. Ia tidak dipuji di bumi, tetapi ia disanjung di langit.

Mari kita menikmati kisah yang di tuturkan oleh Muhammad bin Munkadir sendiri, yang diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam bukunya, Shifatush Shafwah.

Muhammad bin Munkadir berkata, “Di masjid Rasulullah, ada sebuah tiang yang biasa aku gunakan untuk shalat di malam hari. Pada waktu itu, penduduk Madinah mengalami paceklik. Maka mereka pun keluar melakukan shalat istisqa’. Namun hujan tidak juga turun. Pada malam harinya, seperti biasa aku shalat Isya’ di masjid Rasulullah saw, lalu aku mendatangi tiang itu dan menyandarkan tubuhku di sana. Tiba-tiba datang seorang lelaki berkulit hitam kecoklat-coklatan, mengenakan kain sarung, dan pada lehernya tergantung kain yang lebih kecil lagi. Lelaki itu kemudian mendekati tiang di depanku, sementara aku berada di belakangnya. Kemudian dia shalat dua rekaat lalu duduk seraya berdoa, “Wahai Rabb-ku, para penduduk kota Nabi-Mu telah keluar meminta hujan, namun Engkau tidak juga mencurahkan hujan. Kini aku bersumpah atas nama-Mu, turunkanlah hujan.”

Ibnu Munkadir bergumam, “Orang gila.” Ibnu Munkadir melanjutkan, “Tatkala lelaki itu meletakkan tangannya, tiba-tiba aku mendengar suara guntur, diikuti dengan hujan yang turun dari langit yang menyebabkan diriku berkeinginan kembali ke rumah. Ketika mendengar suara hujan, ia segera memuji Allah dengan berbagai pujian yang belum pernah kudengar yang semacam itu sebelumnya.”

Ibnu Munkadir melanjutkan, “Kemudian lelaki itu berkata, “Siapa saya, dan apa kedudukan saya, sehingga doa saya terkabul?. Akan tetapi aku tetap berlindung dengan memuji diri-Mu dan berlindung dengan pertolongan-Mu.” Kemudian lelaki itu mengenakan kain yang digunakan untuk menyelimuti tubuhnya. Lalu kain yang bergantung di punggungnya ia turunkan ke kakinya. Setelah itu, ia shalat. Ia terus menjalankan shalatnya, sampai ia merasa akan datang Shubuh. Setelah itu ia melakukan shalat witir dan shalat sunah fajar dua rekaat. Kemudian ketika dikumandangkan iqamat Shubuh, ia turut shalat berjamaah bersama orang banyak. Aku pun turut shalat bersamanya. Setelah imam mengucapkan salam, ia segera bangkit dan keluar masjid. Aku pun mengikutinya dari belakang, hingga pintu masjid. Lalu ia mengangkat pakaiannya dan berjalan di air yang tergenang (karena hujan). Aku pun ikut mengangkat pakaianku dan berjalan di genangan air. Namun kemudian aku kehilangan jejak.

Pada malam selanjutnya, aku kembali shalat Isya’ di masjid Rasulullah saw, lalu aku mendatangi tiangku dan berbaring di sana. Tiba-tiba lelaki itu datang lagi dan berdiri di  tempat biasa. Ia menyelimuti tubuhnya dengan kain, sementara kain lainnya yang berada di punggungnya ia selempangkan di kedua kakinya, kemudian melakukan shalat. Ia terus melakukan shalat, sampai ia khawatir kalau datang waktu Shubuh, baru ia melakukan witir dan dua rekaat sunah fajar. Setelah itu iqamah berkumandang. Ia langsung shalat berjamaah bersama manusia, aku turut bersamanya. Ketika imam telah mengucapkan salam, ia keluar dari masjid. Aku juga keluar mengikutinya. Ia berjalan dan aku pun mengikutinya hingga dia masuk di salah satu rumah di kota Madinah yang kukenal. Aku pun kembali ke masjid.

Setelah matahari terbit, dan aku telah menunaikan shalat (Dhuha). Aku segera keluar mendatangi rumah tersebut. Kudapati dirinya sedang duduk menjahit. Ternyata ia tukang sepatu. Ketika melihatku, ia segera mengenaliku. Ia berkata, “Wahai Abu Abdillah, selamat datang. Ada yang bisa kubantu? Anda ingin aku buatkan sepatu?” Aku segera duduk dan berkata, “Bukankah engkau yang menjadi temanku di malam pertama itu?” Rona wajahnya berubah menghitam dan berteriak sambil berkata, “Wahai Ibnu Munkadir, apa urusanmu dengan kejadian itu?” Ibnu Munkadir melanjutkan, “Lelaki itu marah dan aku pun segera meninggalkannya.” Aku mengatakan, “Sekarang juga aku keluar dari tempat ini.”

Pada malam ketiga, aku kembali shalat Isya’ di akhir waktu di masjid Rasulullah saw, kemudian menuju tempatku untuk bersandar. Namun lelaki itu tak kunjung datang. Aku pun bergumam, “Innâ lillâhi, apa yang telah aku perbuat.” Ketika sudah memasuki waktu pagi, aku duduk-duduk di masjid hingga matahari terbit. Kemudian aku keluar untuk mendatangi rumah yang ditempati lelaki tersebut. Ternyata kudapati pintunya terbuka, dan tidak ada apa-apa lagi. Pemilik rumah yang ditinggali lelaki itu berkata kepadaku, “Wahai Abu Abdillah, apa yang terjadi antara Anda dengan dirinya kemarin?” Aku balik bertanya, “Memangnya kenapa?” Orang-orang di situ berkata, “Ketika engkau keluar dari rumahnya kemarin, lelaki itu segera membentangkan kainnya di tengah ruangan rumahnya. Kemudian ia tidak menyisakan selembar kulit ataupun sepatu. Semuanya dia letakkan dalam kainnya, lalu diangkut. Setelah itu ia keluar rumah, dan kami tidak tahu lagi kemana ia pergi.”

Muhammad bin Munkadir berkata, “Setiap rumah yang ada di kota Madinah yang kuketahui pasti kusinggahi untuk mencarinya. Namun aku tidak menemukannya lagi. Semoga Allah merahmatinya.”  (Shifatush Shafwah : 2/190-192).

 Akhukum fillah, Abu Kayyisa Ulayya

Previous Post

Abu Sulaiman Ad-Darani; Saksi yang melihat BIDADARI

Next Post

Lebih Kucinta daripada Dunia Seisinya

Abu Kayyisa

Abu Kayyisa

Abu Kayyisa, hamba Allah yang ingin menebarkan kebaikan via pena. Ia ingin mengukir kata yang berbarakah, penuh makna, menggugah jiwa, atau bahkan mengguncang dunia. Yang menjadi motivasi utamanya, -setelah ridha Allah tentunya-, adalah mendapatkan pahala sekalipun kelak sudah berkalang tanah, “wa ilmun yuntafa’u bihi, ilmu yang bermanfaat.” itulah salah satu jenis amalan yang akan senantiasa mengalirkan pahala sekalipun penulisnya sudah meninggal dunia. Akhukum fillah, Abu kayyisa Ulayya

Related Posts

TOKOH

Lelaki Kecil Penghafal Al-Qur’an

by Abu Kayyisa
September 24, 2024
TOKOH

Abu Sulaiman Ad-Darani; Saksi yang melihat BIDADARI

by Abu Kayyisa
September 24, 2024
TOKOH

Abu Bakar Al-Bazzar

by Abu Kayyisa
September 24, 2024
Next Post

Lebih Kucinta daripada Dunia Seisinya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Premium Content

Berhatilah-hatilah ya Akhi!

September 24, 2024

Pengumuman Penerimaan Santri Baru 1441-1442 H/2020-2021 M

September 24, 2024

Tahun Baru Islam Diputuskan oleh Umar bin Khattab

September 24, 2024

Browse by Category

  • ARTIKEL
  • FUNDRAISING ULUL ALBAB PEDULI
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • Pengumuman
  • PSB
  • TAJRIBAH
  • TOKOH

Browse by Tags

fajar abdurrahim wahyudiono hafizh cilik
PPTQUA

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

Learn more

Categories

  • ARTIKEL
  • FUNDRAISING ULUL ALBAB PEDULI
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • Pengumuman
  • PSB
  • TAJRIBAH
  • TOKOH

Browse by Tag

fajar abdurrahim wahyudiono hafizh cilik

Recent Posts

  • INFORMASI PENDAFTARAN SANTRI BARU TAHUN AJARAN 2025-2026 M
  • Pembangunan Dapur Sentral Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Ulul Albab
  • Pengumuman Penerimaan Santri Baru 1444-1445 H/2023-2024 M

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • PROFIL PPTQ UA
  • KABAR PONDOK
  • PENERIMAAN SANTRI BARU
  • FDR UA PEDULI

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In